Curhat Desain Wix: Trik UI/UX Praktis untuk Bisnis Online Kecil

Curhat Desain Wix: Trik UI/UX Praktis untuk Bisnis Online Kecil

Saya ingat pertama kali membuat toko online dengan Wix: bersemangat, sedikit bingung, dan terlalu banyak opsi desain. Sekarang, setelah beberapa iterasi dan pelanggan yang bilang “nyaman banget belanjanya”, saya mau berbagi trik UI/UX yang benar-benar membantu. Ini bukan teori panjang; ini hal-hal praktis yang saya pakai setiap hari untuk bikin toko kecil terasa profesional tanpa bikin pusing.

Mau cepat terlihat rapi? Mulai dari template dan grid

Jujur, saya sering pilih template yang sudah mendekati kebutuhan. Wix punya banyak template bagus. Jangan malu pakai template—itu titik awal yang legit. Yang penting: konsisten dengan grid. Atur spasi antar elemen, gunakan alignment yang sama untuk gambar produk dan teks. Dengan begitu, pengunjung tidak kebingungan dan mata mereka lebih mudah menavigasi halaman.

Saran singkat: kurangi clutter. Bisa motong 30% elemen non-esensial dari halaman utama. Lebih sedikit pilihan = keputusan beli lebih cepat.

Apa yang harus difokuskan di mobile? (Singkat, padat, klikable)

Lebih dari setengah pengunjung saya pakai ponsel. Jadi mobile-first itu bukan kata-kata keren, tapi kebutuhan. Di editor Wix, cek tampilan mobile dan geser elemen agar tombol CTA selalu mudah dijangkau. Tombol harus cukup besar, jarak antar link harus aman dari ketukan salah. Jangan pakai font kecil; orang gak mau nge-zoom saat mau beli.

Satu kebiasaan saya: buka website sendiri lewat ponsel, lalu suruh teman buka juga. Reaksi spontan mereka sering kasih insight berharga—misal tombol terlalu kecil, atau gambar produk tersumbat teks.

Cara membuat checkout simpel dan aman (agar pelanggan gak kabur)

Checkout yang panjang itu musuh. Hapus langkah yang tidak perlu. Tawarkan opsi checkout tamu, tampilkan estimasi biaya pengiriman sejak awal, dan buat form yang jelas: label di atas field lebih efektif daripada placeholder yang hilang saat diketik. Tambahkan trust badges dan metode pembayaran populer. Kepercayaan itu kecil tapi krusial.

Saya juga manfaatkan notifikasi konfirmasi yang personal—bukan sekadar “Pesanan diterima”, tapi “Terima kasih, Sinta! Pesananmu sedang kami proses.” Hal kecil ini menambah rasa aman dan human touch.

Desain elemen yang bikin konversi naik (warna, tipografi, dan CTA)

Warna CTA harus kontras dengan latar. Jangan pakai warna samar-samar yang menyatu dengan background. Tipografi juga perlu hirarki: judul besar, deskripsi kecil, dan tombol dengan font yang mudah dibaca. Saya biasanya pakai dua font maksimum untuk menjaga konsistensi.

Oh ya, gunakan microcopy. Kalimat pendek di bawah tombol seperti “Gratis ongkir di atas Rp200.000” atau “Kembali gratis 7 hari” sering kali melunakkan keraguan pembeli. Microcopy itu ninja kecil yang kerja di balik layar.

Uji terus, jangan puas cuma sekali

Satu kesalahan awal saya: pasang desain terus tidur. Website itu living thing. Lihat analytics. Perhatikan heatmap, rasio klik tombol, dan bounce rate. Di Wix ada fitur dasar untuk cek statistik, dan kalau butuh panduan langkah-demi-langkah, saya pernah pakai sumber praktis seperti wixwebwizard yang membantu ngatur elemen dan SEO dasar.

Lakukan A/B test sederhana: ganti teks tombol, atau ubah foto produk utama. Kadang perubahan kecil menaikkan konversi signifikan. Jangan takut bereksperimen, tapi catat hasilnya.

Detail kecil yang sering terlewat tapi penting

Beberapa hal yang sering saya perbaiki belakangan: optimalkan ukuran gambar (compressed tapi tetap tajam), tambahkan deskripsi produk yang jujur, tampilkan estimasi waktu pengiriman, dan sediakan FAQ singkat di halaman produk. Juga, jangan lupa live chat atau setidaknya kontak yang mudah ditemukan. Pembeli suka jawaban cepat.

Terakhir—aksesibilitas. Gunakan teks alt untuk gambar, pastikan kontras warna cukup untuk pembaca dengan keterbatasan, dan navigasi bisa lewat keyboard. Ini bukan hanya etika, tapi memperluas audiens.

Semoga curhat ini memberi ide praktis yang bisa langsung kamu coba di Wix. Mulai dari template, mobile, checkout, sampai uji A/B—semuanya sederhana tapi berdampak besar jika dilakukan konsisten. Kalau kamu mau, saya bisa tulis lagi contoh nyata A/B test yang saya lakukan di toko kecil saya. Mau?

Leave a Reply